Minggu, 25 Maret 2012

Kisah Tentang Seorang Malaikat

Cerita ini tentang seorang malaikat penjaga sejati yang selalu memperhatikan kita, bahkan sejak kita hadir ke dalam dunia ini.

"Ibu,: kata seorang anak, "Apakah malaikat itu itu sungguh-sungguh ada?"
"Banyak buku menuliskan begitu," jawab sang ibu.'
"Ya," sahut si anak. "Saya juga pernah melihat gambarnya. Tapi apakah ibu pernah melihatnya?"
"Ibu rasa ibu pernah melihatnya," kata sang ibu, "Tapi dia tidak terlihat seperti yang di gambar-gambar."
“Baiklah, saya akan mencarinya!” kata si anak, “Saya akan berlari bermil-mil, sampai saya menemukan malaikat itu.”
“Wah itu sebuah rencana yang bagus!” kata sang ibu. “Baiklah, ibu akan pergi bersamamu, kamu masih terlalu kecil untuk pergi jauh sendirian.”
“Tapi aku bukan anak kecil lagi Bu!” sahut si anak. “Aku sudah sekolah, aku sudah besar!”
“Ya, tentu saja kamu sudah besar,” kata si Ibu. “Ibu lupa. Tapi ini hari yang cerah, dan ibu ingin berjalan-jalan.”
“Tapi Ibu berjalan terlalu pelan dengan kaki Ibu yang lemah itu.”
“Ibu bisa berjalan lebih cepat dari yang kamu kira anakku.”
Si anak berjalan sambil menari-nari di depan, dan kemudian dia melihat sebuah kereta putih yang ditarik dengan kuda-kuda putih mendekat menuju dia. Di dalam kereta duduk seorang wanita anggun menggunakan gaun bludru putih dengan bulu-bulu putih di atas rambutnya yang hitam. Wanita itu tampak berkilau dengan berbagai perhiasan yang digunakannya. Dan mata wanita itu jauh berkilau dari berlian yang digunakannya.
“Apakah engkau seorang malaikat?” Tanya sang anak sambil berlari dekat kereta.
Sang wanita itu tidak menjawab, dan hanya menatap dingin si anak. Kemudian ia berkata pada kusir keretanya, dan dalam satu kali pecutan kereta itu berlalu dengan cepat meninggalkan debu yang tebal, yang memenuhi mata dan mulut si anak sehingga terbatuk-batuk dan sulit bernafas. Namun saat itu ibunya datang dan membersihkan debu tersebut dengan celemeknya.
“Dia bukan malaikat,” seru si anak.
“Ya, tentu saja dia bukan malaikat,” kata sang ibu.
Beberapa saat kemudian si anak bertemu dengan seorang gadis yang paling cantik yang pernah ia temui. Menggunakan pakaian putih, dan matanya berbinar dengan pipi merona merah.
“Aku yakin, engkau pasti seorang malaikat,” kata si anak.
Wajah sang gadis bersemu semakin cantik. “Baru saja orang itu juga mengatakan hal tersebut. Apakah aku benar-benar terlihat seperti malaikat?”
“Ya, kau seorang malaikat!” jelas si anak.
Lalu dengan bersemangat sangat sang gadis menarik tangan si anak untuk mendekat, namun saat itu wajahnya berubah dan menjerit, “OH! Kau menginjak ujung gaun putihku! Kau kotor dan penuh debu, kau akan mengotori aku! Cepat pergi kau, kembali pada ibumu anak dekil!”
Lalu sang gadis mendorong jatuh si anak dan berjalan menjauh, meninggalkan si anak di tepi jalanan itu begitu saja.
Si anak duduk di tepi jalan terisak-isak, sampai ibunya datang dan mengangkatnya. Ia menghapus air matanya dengan celemek birunya.
“Setelah semua ini, aku tidak percaya kalau malaikat itu sungguh ada Bu,” kata si anak.
“Tidak anakku,” kata sang ibu, “Suatu hari nanti engkau pasti menemukannya anakku, engkau masih muda dan punya banyak waktu untuk mencarinya.”
“Aku lelah Bu.” Kata si anak, “ Maukah ibu menggendongku pulang?”
“Tentu saja,” kata sang ibu dengan tersenyum. “untuk itu ibu datang.”
Si anak merangkul tangannya pada leher ibunya, berayun-ayun. Kemudian ia menatap ibunya dan berkata “ Bu, aku tidak mengira kalau Ibu bisa menjadi seorang malaikat bagiku.”
Dengan tersenyum sang ibu menjawab “ sejak kapan seorang malaikat menggunakan celemek

Dengan cerita diatas, seringkali kita bertingkah seperti si anak kecil mengerjar impiannya menemukan seorang malaikat. Dengan keyakinan akan kemampuan kita, kedewasaan kita, pendidikan kita, seringkali kita mengabaikan tawaran pertolongan dan nasihat dari seorang ibu. Namun seorang ibu, dengan segala keterbatasannya berusaha menjaga seorang anak, tanpa menghalangi cita dan impian anaknya.

Dan saat kita jatuh dan putus asa dengan  permasalahan yang tidak dapat kita pecahkan , seorang ibu hadir dan menerima kita apa adanya. Saat itulah kita menyadari bahwa sesungguhnya malaikat penjaga yang kita cari selalu ada disamping kita. Ibu sederhana dengan celemek kotor, yang setia menyertai kita meraih cita-cita.

Terima kasih buat Ibu ku. Terima kasih atas penyertaaan mu hingga ku tumbuh dewasa seperti saat ini. Terima kasih atas pengorbananmu. Terima kasih atas doa-doamu untukku. Aku saying Ibu. Aku cinta Ibu. Ibu segalanya bagiku. Maafkan aku atas segala keteledoranku, atas kekhilafan tingkah, perkataan dan perbuatan ku yang menorehkan luka dihatimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar