Cerita ini tentang seorang malaikat penjaga sejati yang selalu
memperhatikan kita, bahkan sejak kita hadir ke dalam dunia ini.
"Ibu,: kata seorang
anak, "Apakah malaikat itu itu sungguh-sungguh ada?"
"Banyak buku menuliskan
begitu," jawab sang ibu.'
"Ya," sahut si
anak. "Saya juga pernah melihat gambarnya. Tapi apakah ibu pernah
melihatnya?"
"Ibu rasa ibu pernah
melihatnya," kata sang ibu, "Tapi dia tidak terlihat seperti yang di
gambar-gambar."
“Baiklah, saya akan
mencarinya!” kata si anak, “Saya akan berlari bermil-mil, sampai saya menemukan
malaikat itu.”
“Wah itu sebuah rencana yang
bagus!” kata sang ibu. “Baiklah, ibu akan pergi bersamamu, kamu masih terlalu
kecil untuk pergi jauh sendirian.”
“Tapi aku bukan anak kecil
lagi Bu!” sahut si anak. “Aku sudah sekolah, aku sudah besar!”
“Ya, tentu saja kamu sudah
besar,” kata si Ibu. “Ibu lupa. Tapi ini hari yang cerah, dan ibu ingin
berjalan-jalan.”
“Tapi Ibu berjalan terlalu
pelan dengan kaki Ibu yang lemah itu.”
“Ibu bisa berjalan lebih cepat
dari yang kamu kira anakku.”
Si anak berjalan sambil
menari-nari di depan, dan kemudian dia melihat sebuah kereta putih yang ditarik
dengan kuda-kuda putih mendekat menuju dia. Di dalam kereta duduk seorang
wanita anggun menggunakan gaun bludru putih dengan bulu-bulu putih di atas
rambutnya yang hitam. Wanita itu tampak berkilau dengan berbagai perhiasan yang
digunakannya. Dan mata wanita itu jauh berkilau dari berlian yang digunakannya.
“Apakah engkau seorang
malaikat?” Tanya sang anak sambil berlari dekat kereta.
Sang wanita itu tidak
menjawab, dan hanya menatap dingin si anak. Kemudian ia berkata pada kusir
keretanya, dan dalam satu kali pecutan kereta itu berlalu dengan cepat
meninggalkan debu yang tebal, yang memenuhi mata dan mulut si anak sehingga
terbatuk-batuk dan sulit bernafas. Namun saat itu ibunya datang dan
membersihkan debu tersebut dengan celemeknya.
“Dia bukan malaikat,” seru si
anak.
“Ya, tentu saja dia bukan
malaikat,” kata sang ibu.
Beberapa saat kemudian si
anak bertemu dengan seorang gadis yang paling cantik yang pernah ia temui. Menggunakan
pakaian putih, dan matanya berbinar dengan pipi merona merah.
“Aku yakin, engkau pasti
seorang malaikat,” kata si anak.
Wajah sang gadis bersemu
semakin cantik. “Baru saja orang itu juga mengatakan hal tersebut. Apakah aku
benar-benar terlihat seperti malaikat?”
“Ya, kau seorang malaikat!”
jelas si anak.
Lalu dengan bersemangat
sangat sang gadis menarik tangan si anak untuk mendekat, namun saat itu
wajahnya berubah dan menjerit, “OH! Kau menginjak ujung gaun putihku! Kau kotor
dan penuh debu, kau akan mengotori aku! Cepat pergi kau, kembali pada ibumu
anak dekil!”
Lalu sang gadis mendorong
jatuh si anak dan berjalan menjauh, meninggalkan si anak di tepi jalanan itu
begitu saja.
Si anak duduk di tepi jalan
terisak-isak, sampai ibunya datang dan mengangkatnya. Ia menghapus air matanya
dengan celemek birunya.
“Setelah semua ini, aku tidak
percaya kalau malaikat itu sungguh ada Bu,” kata si anak.
“Tidak anakku,” kata sang
ibu, “Suatu hari nanti engkau pasti menemukannya anakku, engkau masih muda dan
punya banyak waktu untuk mencarinya.”
“Aku lelah Bu.” Kata si anak,
“ Maukah ibu menggendongku pulang?”
“Tentu saja,” kata sang ibu
dengan tersenyum. “untuk itu ibu datang.”
Si anak merangkul tangannya
pada leher ibunya, berayun-ayun. Kemudian ia menatap ibunya dan berkata “ Bu,
aku tidak mengira kalau Ibu bisa menjadi seorang malaikat bagiku.”
Dengan
tersenyum sang ibu menjawab “ sejak kapan seorang malaikat menggunakan celemek
Dengan cerita diatas, seringkali kita bertingkah seperti si anak
kecil mengerjar impiannya menemukan seorang malaikat. Dengan keyakinan akan
kemampuan kita, kedewasaan kita, pendidikan kita, seringkali kita mengabaikan
tawaran pertolongan dan nasihat dari seorang ibu. Namun seorang ibu, dengan
segala keterbatasannya berusaha menjaga seorang anak, tanpa menghalangi cita
dan impian anaknya.
Dan saat kita jatuh dan putus asa dengan permasalahan yang tidak dapat kita pecahkan ,
seorang ibu hadir dan menerima kita apa adanya. Saat itulah kita menyadari
bahwa sesungguhnya malaikat penjaga yang kita cari selalu ada disamping kita.
Ibu sederhana dengan celemek kotor, yang setia menyertai kita meraih cita-cita.
Terima kasih buat Ibu ku. Terima kasih atas penyertaaan mu
hingga ku tumbuh dewasa seperti saat ini. Terima kasih atas pengorbananmu. Terima
kasih atas doa-doamu untukku. Aku saying Ibu. Aku cinta Ibu. Ibu segalanya
bagiku. Maafkan aku atas segala keteledoranku, atas kekhilafan tingkah,
perkataan dan perbuatan ku yang menorehkan luka dihatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar