Di Indonesia,
leukemia menduduki urutan ke-6 sebagai penyakit ganas yang sering terjadi.
Penyakit kanker juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup penting,
karena angka kejadian dan jumlah kematian akibat kanker terus meningkat setiap
tahunnya.. Disini saya akan membahas sedikit tentang Penyakit Leukemia yang saya kumpulkan dari beberapa buku yang saya dapat.
LANDASAN
TEORITIS
A.
Konsep Dasar Medis
1. Definisi
a. Leukemia
adalah suatu keganasan pada alat pembuatan sel darah berupa proliferasi
patologis sel hemopoelitik mudah yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
lain.
(Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 459)
b. Leukemia,
artinya “darah putih”, adalah profilerasi neoplastik satu sel tertentu
(granulosit, monosit, limfosit, atau megakariosit).
(Arif
Muttaqin, Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler dan Hematologi, 2009 : 415).
c.
Leukemia adalah kanker dari salah
satu jenis sel darah putih disumsum tulang, yang menyebabkan proliferasi salah
satu jenis sel darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain.
(Elizabeth J. Corwin, Buku Saku Patofisiologi, 2009 : 430).
Berdasarkan ketiga definisi diatas,
maka penulis menyimpulkan leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan kanker pada alat
pembentuk darah.
a. Leukemia
akut
1) Leukemia
Nonlimfositik Akut (LNLA)
Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA)
bertanggung jawab atas 80% leukemia akut pada orang dewasa. Permulaanya mungkin
mendadak atau progresif dalam masa 1 sampa 3 bulan, dengan durasi gejala
singkat jika tidak diobati. LNLA fatal dalam 3-6 bulan.
2)
Leukemia
Mieloblastik Akut (LMA)
M-0 : Berdiferensiasi
minimal.
M-1 : Diferensiasi
granulositik tanpa maturasi.
M-2 : Diferensiasi
granulositik dengan maturasi sampai stadium promielositik.
M-3 : Diferensiasi granulositik dengan
promielosit hipergranular, dihubungkan dengan koagulasi intrvaskular
diseminata.
M-4 :
Leukemia mielomonosit akut; garis sel
monosit dan granulosit.
M-5a :
Leukemia monosit akut; berdiferensiari
buruk.
M-5b :
Leukemia monosit akut; berdiferensiasi
baik.
M-6 : Eritroblastosit
yang menonjol dengan diseritropoiesis
berat.
M-7 : Leukemia megakariosit.
3) Leukemia
Limfositik Akut (LLA)
Merupakan kanker yang paling sering
menyerang anak-anak dibawah 15 tahun, dengan puncak insiden antara umur 3 dan 4
tahun. Namun, 20% insiden terjadi pada orang dewasa yang menderita leukemia
akut. Manifestasi LLA berupa penurunan jumlah leukosit, sel darah merah dan
trombosit (eritrosit dan trombosit jumlahnya rendah namun leukosit jumlahnya
dapat rendah atau tinggi), nyeri karena adanya pembesaran hati dan limpa, sakit
kepala, muntah, serta nyeri tulang.
b. Leukemia
Kronik
1) Leukemia Granulositik kronik (LGK) : LGK
dianggap sebagai suatu gangguan mieloproliferatif karena sumsum tulang
hiperselular dengan proliferasi pada semua garis diferensiasi sel. Tanda dan
gejala berkaitan dengan keadaan hipermetabolik: kelelahan, penurunan berat
badan, diaphoresis meningkat, dan tidak tahan panas.
2) Leukemia limfositik Kronik (LLK) : merupakan
suatu gangguan limfoproliferatif yang ditemukan apda orang tua (umur median 60
tahun) dimanifestasikan oleh proliferasi dan akumulasi 30 % limfosit matang
abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah perifer dan tempat-tempat
ekstramedular, dengan kadar yang mencapai 100.000+/mm³ atau lebih.
3)
Leukemia sel berambut : Leukemia sel
berambut relatif jarang terjadi. Gejala dan tanda yang tampak adalah kelelahan,
pansitopenia, dan splenomegali.
Gambar kumpulan Sel darah |
Menurut
Tarwono dan Dra. Wartonah, 2008: 9 anatomi dan fisiologi darah diuraikan sebagi
berikut:
Darah merupakan
komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler, karena
peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh karena
fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari
jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrisi dari saluran cerna
ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ seperti
ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah.
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak
oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merag tua/gelap karena kurang oksigen dibandingkan dengan darah
arteri. pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral 7.00).
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kgBB atau sekitar 4
sampai 5 liter darah.
a.
Darah berfungsi sebagai:
1)
Transport internal
Darah membawa berbagai
macam substansi untuk fungsi metabolisme.
a) Respirasi.
Gas oksigen dan karbondioksida dibawa oleh hemoglobin dalam sel darah merah dan
plasma, kemudian terjadi pertukaran gas di paru-paru.
b) Nutrisi.
Nutrien/zat gizi diabsorbsi dari usus, kemudian dibawa dalam plasma ke hati dan
jaringan-jaringan lain yang digunakan untuk metabolisme.
c) Sekresi.
Hasil metabolisme dibawa plasma ke dunia luar melalui ginjal.
d) Mempertahankan
air, elektrolit dan keseimbangan asam basa dan juga berperan dalam homeostatis.
e) Regulasi
metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya mempunyai efek dalam aktivitas
metabolisme sel, dibawa dalam plasma.
2) Proteksi
tubuh terhadap mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari sel darah putih.
3) Proteksi
terhadap cidera dan perdarahan : proteksi terhadap respon peradangan lokal
terhadap cidera jaringan. Pencegahan perdarahan merupakan fungsi dari trombosit
karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada plasma.
4) Mempertahankan
temperatur tubuh: Darah membawa panas dan bersikulasi keseluruh tubuh. Hasil
metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas.
b. Darah
tersusun atas dua komponen yaitu plasma
darah dan sel-sel darah:
1) Plasma
darah yaitu bagian cair darah (55 %) yang sebagian besar terdiri dari air (92
%), 7 % protein, 1 % nutrien hasil metabolisme, gas pernafasan, enzim,
hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garam organik. Protein-protein dalam
plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta
globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombine dan posensial untuk
koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk mempertahankan
tekanan osmotic koloid dan gamma globulin juga mengandung antibody
(immunoglobulin) seperti IgM, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme.
2) Sel-sel
darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45 % terdiri attas eritrosit
atau sel darah merah (SDM), leukosit atau sel darah putih (SDP) dan trombosit.
a) Sel
Darah Merah/eritrosit
Berbentuk
cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron
dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat
tipis sehingga sangat mudah terjadi difusi oksigen, karbondioksida dan
sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Sel darah merah yang matang
mengandung 200-300 juta hemoglobin. Hemoglobin mengandung kira-kira 95 % besi
dan berfungsi membawa oksigen dengan
cara mengikat oksigen (oksigenmoglobin) dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk
kebutuhan metabolisme. Kadar hemoglobin tergantung usia dan jenis kelamin.
b) Sel
darah Putih/ leukosit
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah
peran utama leukosit atau sel darah putih (SDP). Batas normal jumlah sel darah
putih berkisar dari 4000-10.000 mm³. Lima jenis sel darah putih yang sudah
diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: neutrofil ( 50%-70% SDP total),
eosinofil (1%-2%), basofil (0,5%-1%), monosit (6%), dan limfosit (25%-33%).
Neutrofil,
eosinofil, dan basofil disebut juga granulosit, artinya sel dengan granula
dalam sitoplasmanya. Diameter granulosit berkisar dari 10-14 µm; identifikasi
bergantung pada afinitas granula tersebut terhadap zat warna tertentu. Sel yang
granulanya memiliki afinitas eosin, yang berwarna merah sampai merah jingga,
disebut eosinofil, sedangkan sel yang memiliki afinitas zat warna biru atau
biasa disebut basofil. Granula neotrofil yang juga disebut neutrofil segmen
atau leukosit polimorfonukle (PMN), mempunyai afinitas sedikit terhadap zat
warna basa atau eosin, dan memberi warna biru atau merah muda pucat yang
dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah muda. Ketiga jenis granulosit
kelihatannya berasal dari sel induk pluripotensial dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang memiliki tempat
penyimpanan cadangan yang tetap, kapasitasnya sekitar 10 kali jumlah neutrofil
yang dihasilkan setiap hari. Bila timbul infeksi, neutrofil cadangan ini
dimobilisasi dan dilepaskan kedalam sirkulasi, disana sel-sel tersebut berdiam
selama 6 samapi 8 jam kemudian kejaringan. Neutrofil dalam sirkulasi dibagi
antara kelompok yang terletak sepanjang dinding kapiler). Dengan gerakan
seperti ambua, neutofil bergerak dengan cara diadepesis dari kelompok marginal
masuk kedalam jaringan membran mukosa. Neutrofil merupakan sistem pertahanan
tubuh melawan infeksi bakteri; metode pertahanannya adalah proses fasogitosis.
Kelompok granulosit konstan dipertahankan, dipengaruhi oleh interaksi sel ke
sel dan hormon pertumbuhan serta sitokin dilepaskan dari sel inflamasi.
Eosinofil mempunyai fungsi fagosit
lemah yang tidak dipahami secara jelas. Eosinofil berfungsi pada reaksi
antigen-antibodi dan meningkat pada serangan
asma, reaksi obat-obatan, dan infesitasi parasit tertentu. Basofil membawa
heparin, faktor-faktor pengaktifan histamin dan trombosit dalam
granula-granulanya untuk menimbulkan peradangan pada jaringan; fungsi yang
sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Kadar basofil yang meningkat
(basofilia) ditemukan pada gangguan mieloproliferatif, yaitu gangguan
proliferatif dari sel-sel pembentuk darah.
Monosit lebih besar dari pada neutrofil
dan memiliki inti monomorfik yang relatif sederhana. Intinya terlipat atau
berlekuk dan kelihatan berlobus dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma
kelihatan jauh lebih banyak dibandingkan dengan intinya dan menyerap warna
keabuan yang tidak terlalu nyata, granulanya tersebar merata. Pematangan dan
pelepasan monosit terjadi lebih dari 24 hari suatu periode lebih lama dari
granulosit.
Monosit meninggalkan sirkulasi dan
menjadi makrofag jaringan serta merupakan bagian dari monosit-makrofag. Umur
monosit adalah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Monosit memiliki fungsi
fagosit, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel dan mikroorganisme
(seperti pada endokarditis bacterial).
Limfosit adalah leukosit mononuklear
lain (mono-morfonuklear) dalam darah, yang memiliki inti bulat atau oval yang
dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung
sedikit granula. Bentuk kromatin inti sarat dengan jala-jala yang berhubungan
di dalam. Limfosit bervariasi dalam ukuran (7 sampai 10 µm) sampai besar,
seukuran granulosit dan tampaknya berasal dari sel induk pluripotensial didalam
sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan limfoid lain termasuk kelenjar getah
bening, lien, timus dan permukaan mukosa traktus gastrointestinal dan traktus
respiratorius. Terdapat dua jenis limfosit mencakup limfosit T bergantung
timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus dan limfoit-B tidak bergantung
Timus. Limfosit T bermigrasi dari kelenjar timus ke jaringan limfoid lain. Sel-
sel ini secara khas ditemukan pada parakorteks kelenjar getah bening dan
lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih lien. Limfosit B tersebar dalam
folikel-folikel kelenjar getah bening, lien dan pita-pita medulla kelenjar
getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan selular
melalui pembentukan atas respons kekebalan selular melalui pembentukan sel yang
reaktif antigen, sedangkan limfosit B, jika diransang dengan semestinya
berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan imunoglobin, sel-sel
ini bertanggung jawab atas respons kekebalan humoral (Sylvia Anderson. Price, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses –Proses
penyakit, 2000 : 268).
c)
Trombosit
Merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan
diameter 2-5 mm, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak
megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada keadaan normal jumlah
trombosit sekitar 150.000-300.000 m/dL darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1
samapi 2 minggu atau kira-kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolipid
yang penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh darah serta
memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.
c. Tempat Pembentukan Darah
Sumsum
tulang (bahasa Inggris: bone
marrow, medulla ossea) adalah jaringan
lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian
besar sel darah
baru. Ada dua jenis sumsum tulang:
1) Sumsum
merah, dikenal juga sebagai jaringan myeloid. Sel darah merah, keping darah,
dan sebagian besar sel
darah putih dihasilkan dari
sumsum merah.
2) Sumsum
kuning, sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya.
Kedua
tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan
kapiler darah. Sewaktu lahir, semua
sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak
yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg
sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah
ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung, tulang belikat,
dan pada bagian lunak di ujung tulang panjang femur dan humerus.
Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang. Pada
keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat
diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.
4. Etiologi
Meskipun pada sebagian besar
penderita leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi
ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia yaitu faktor
genetik, sinar radioaktif dan virus
a. Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak
penderita sindrom down 20 x lebih banyak. Kelainan pada kromosom dapat
menyebabkan leukemia akut. Insidensi leukemia akut juga meningkat pada penderita
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital.
b. Sinar radio aktif
Sinar radio aktif faktor eksternal yang
paling jelas dapat menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia.
Angka kejadian Leukemia Mieoblastik Akut (LMA) dan Leukemia Granulositik Kronis
(LGK) jelas sekali meningkat sesudah terkena sinar radioaktif. Akhir-akhir ini
sudah dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radio aktif akan
menderita leukemia pada 6% klien dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
c. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia
pada binatang. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia
pada manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian
yang mendukung teori virus sebagasi penyebab leukemia yaitu Enzyme Reserve
Transcriptase ditemukan dalam darah manusia seperti diketahui enzim ini
ditemukan dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu sejenis virus
RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang. Enzim tersebut menyebabkan virus
yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik yang kemudian bergabung dengan
genom yang terinfeksi (Wiwik Handayani, Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan sistem Hematologi, 2008 : 88).
5.
Faktor Risiko
Faktor risiko untuk leukemia antara lain adalah
predisposisi genetik yang digabungkan dengan inisiator (mutasi) yang diketahui
atau tidak diketahui. Saudara kandung dari anak yang menderita leukemia
memiliki kecenderungan 2 sampai 4 kali lipat untuk mengalami penyakit ini
dibandingkan anak-anak lain. Kromosom abnormal tertentu dijumpai dalam
presentase tinggi pada pasien pengidap leukemia. Sebaliknya, individu yang
mengalami abnormalitas kromosom tertentu, termasuk sindrom down, memiliki
peningkatan risiko menderita leukemia. Pajanan terhadap radiasi, beberapa jenis
obat yang menekan sumsum tulang, dan berbagai obat kemoterapi telah dianggap
meningkatkan risiko leukemia, agen-agen berbahaya dilingkungan juga diduga dapat
menjadi faktor risiko.
Riwayat penyakit sebelumnya
yang berkaitan dengan hematopoiesis (pembentukan sel darah) telah terbukti
meningkatkan risiko leukemia. Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah
penyakit limfoma Hodgkin, mieloma multiple, polisitemia vera, anemia
sideroblastik, dan sindrom mielodisplastik. Riwayat leukemia kronis meningkatkan
risiko leukemia akut (Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi : 431).
6. Patofisiologi
Leukemia mempunyai
sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada dua masalah
terkait dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi dari sel darah putih,
keduanya adanya sel-sel abnormal atau imatur dari sel darah putih, sehingga
fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel darah yang sangat meningkat
akan menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunaan produksi eritrosit
mengakibatkan anemia (penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau keduanya) yang dapat
mengakibatkan adanya keluhan sakit kepala, pusing, kelemahan dan keletihan,
penurunan nafsu makan, mual dan muntah, diare dan stomatitis (nyeri pada lidah dan membran mukosa mulut), trombosit menjadi
menurun mengakibatkan trombositopenia dan leukopenia dimana sel darah putih
yang normal menjadi lebih sedikit. Adanya trombositopenia menyebabkan
peningkatan risiko perdarahan hebat, bahkan hanya dengan cidera ringan atau
perdarahan spontan kecil. Sedangkan leukopenia dapat menyebabkan individu menjadi
rentan terhadap infeksi. Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada
sumsum tulang periosteum yang dapat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan
nyeri tulang, disamping itu infiltrasi ke berbagai organ seperti otak, ginjal,
hati, limpa dan kelenjar limfe menyebabkan pembesaran dan gangguan pada organ
terkait (Tarwoto. (2008) Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi : 70).
7. Tanda dan Gejala
a.
Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia.
b.
Infeksi berulang akibat penurunan sel
darah putih.
c.
Perdarahan dan memar akibat
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
d. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di
sumsum tulang, yang menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak
seperti nyeri yang semakin meningkat, nyeri tulang berhubungan dengan leukemia
biasanya bersifat progresif.
e.
Penurunan berat badan karena
berkurangnya nafsu makan dan peningkatan konsumsi kalori oleh sel-sel
neoplastik.
f.
Limfadenopati, splenomegali, dan
hepatomegali akibat infiltrasi seleukemik
ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
g. Gejala sistem saraf pusat dapat terjadi (
kerusakan saraf cranial, nyeri
kepala,
papil edema pada selaput otak sistem saraf pusat, kejang dan koma (Elizabeth J Corwin, Buku Saku Patofisiologi 2009 : 431).
8.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Hemoglobin
(Hb) Rendah : Pada laki-laki maupun perempuan kadar Hb dapat Kurang dari 10
g/dL.
b.
Trombositopenia
: Jumlah trombosit mungkin sangat rendah (<50.000/mm).
c. Leukosit meningkat dapat lebih dari
200.000/mm³, normal atau menurun, dapat kurang dari 1000/mm³.
d. Asam urat serum/urine: Meningkat (Kadar normal
asam urat Laki-laki: 3,4-7,0 mg/dl; perempuan 2,4-5,7 mg/dL).
e. Sumsum
tulang: Mendiagnostik dan menentukan tipe sel maligna, adanya hiperseluler, sel
sumsum tulang diganti sel leukosit.
f. Pemeriksaan Immunonophenotyping : Untuk
menentukan jenis sel leukemia.
g. Lumbal pungsi: Menentukan ada tidaknya sel-sel
blast dalam sistem saraf pusat, 5 % kasus leukemia terjadi kelainan.
h. Radiografi: MRI dan CT-Scan kepala dan tubuh
untuk mendeteksi adanya lesi, infeksi ditempat lain.
9. Penatalaksanaan
Medis
Tujuan pengobatan adalah
memberantas/eradikasi sel-sel leukemia dengan obat anti leukemia. Prinsip sistem
pengobatannya adalah melakukan induksi,
konsodilasi, rumatan dan reinduksi.
a.
Transfusi darah diberi bila kadar hb < 6 g%. Trombosit
diberi bila terjadi trombositopenia berat dan perdarahan
b.
Hindari infeksi sekunder: Pencegahan
terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
c. Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan
ketika sel leukemia sudah terjadi metastatis. Kemoterapi dilakukan juga pada
fase induksi remisi yaitu keadaan dimana gejala klinis menghilang, disertai
blast dalam sumsum tulang menghilang serta pada fase post remisi yang bertujuan
untuk mempertahankan remisi selama mungkin.
d. Imunoterapi, termasuk dengan interferon
dan sitokin lain, digunakan untuk memperbaiki hasil.
e.
Pemberian terapi antibiotik untuk
mencegah komplikasi karena adanya anemia, perdarahan dan infeksi.
f.
Transplantasi
sumsum tulang merupakan alternatif dalam penanganan leukemia. Produk darah dan
antibiotik spektrum luas diberikan selama prosedur transplantasi sumsum tulang
unuk melawan dan mencegah infeksi.
g.
Terapi
yang dijelaskan diatas dapat menimbulkan gajala, yaitu peningkatan depresi
sumsum tulang lebih lanjut, mual dan muntah. Mual dan muntah dapat dilakukan
dengan intervensi farmakologik dan perilaku.
10. Komplikasi
a. Infeksi beberapa sistem (pernafasan,
pencernaan) : Akibat terjadinya penurunan SDP dalam tubuh pasien yang
menyebabkan klien mudah terserang infeksi.
b. Perdarahan
: Dapat terjadi Karena adanya penurunan kadar Eritrosit yang dapat
mengakibatkan trombositopenia. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan.
c. Kematian
: Akibat dari regimen terapi, termasuk transplantasi sumsum tulang, dihubungkan
dengan depresi sumsum tulang temporer dan peningkatan risiko perkembangan
infeksi berat.
d. Bahkan
pada terapi dan remisi yang berhasil, sel-sel leukemik masih tetap ada,
meninggalkan gejala sisa penyakit. Implikasi untuk prognosis dan pengobatan
masih belum jelas (Elizabeth J Corwin, Buku
Saku Patofisiologi, 2009 : 432).
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi ketiga. Jakarta: EG
Handayani,
Wiwik dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer,
Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga .Jilid ke II . Jakarta
: Media Aesculapius
Muttaqin,
Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jilid ke I. Jakarta: Salemba Medika.
Price,
Sylvia Anderson. (2000). Patofisiologi : konsep Klinis Proses –Proses
penyakit. Edisi ke VI. Jakarta : EGC
Tarwoto.
(2008). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Trans Info Media.
TERIMA KASIH ^_^
Semoga bermanfaat bagi pembaca... Khusus nya dibidang kesehatan... Kurang lebihnya mohon maaf... kalo ada kritik atau saran yang bersifat membangun silahkan dikoment yaaa.. ^_^
(by:Jessy . K)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar